PENTAS MUSIK DAN PAMERAN - Dahsyat, Etnik di Panggung Krakatau



Kompas/Lucky Pransiska
Penampilan Dwiki Dharmawan bersama grup musik Krakatau di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (22/10). Kelompok musik yang didirikan di Bandung, Jawa Barat, tahun 1984 tersebut kini beranggotakan Dwiki Dharmawan (keyboard dan synthesizer), Pra Budi Dharma (bass), Ade Rudhiana (kendang dan perkusi), Yoyon Dharsono (beragam instrumen tradisional), Zainal Arifin (gamelan dan perkusi), Gerry Herb (pemain drum), dan vokalis Nya Ina Raseuki, yang akrab dipanggil Ubiet.


Jumat, 23 Oktober 2009

Nyanyian ”Tarik Pukat” yang dieksplorasi Ubiet dari tanah leluhurnya, Aceh, menjadi antiklimaks pertunjukan Krakatau Band, Kamis (22/10) malam di Bentara Budaya Jakarta.

Bagaimana tidak, Dwiki Dharmawan dalam aksinya sampai terjengkang saat memainkan keyboard karena lagu yang didendangkan Ubiet ”dimain-mainkan” dalam tempo tinggi dan supercepat. Ratusan penonton, yang memadati halaman terbuka BBJ, terdiam bak terhipnotis.

Klimaks penampilan Krakatau Band terjadi saat Budhy Haryono menggebuk drum untuk memainkan komposisi ”Tugu Hegar”. Permainan yang dahsyat.

Aksi Budhy kemudian ditingkahi aksi Ade Rudhiana memainkan perkusi dengan kocak, sampai-sampai memukul kening segala. Dia menjadikan kening tempat sandaran perkusi, sembari tangannya liar menabuh perkusi, membuat aksi panggung Krakatau menjadi sangat hidup. Apalagi, penonton diajak turut berpartisipasi dengan bertepuk tangan.

Berkarya selama 25 tahun, Krakatau menunjukkan kepedulian dan empati yang dalam terhadap korban gempa di Kerinci, Jambi. Sebuah komposisi didendangkan Ubiet membuat bulu roma berdiri. Terasa benar kesedihan itu.

”Komposisi tadi didedikasikan untuk korban gempa di Sumatera dan Jawa Barat. Komposisi yang berisikan doa, agar selalu ingat dengan Yang Di Atas. Mendoakan korban agar dapat tempat terbaik di sisi-Nya dan berharap ke depan tak ada bencana lagi,” ujar Dwiki.

Selain mengeksplorasi warna musik etnik Kerinci, Krakatau juga menampilkan hasil eksplorasi musik etnik dari Pulau Rote, NTT.

Yang sedikit mengejutkan, Umi menampilkan tarian topeng cirebon dalam tiga karakter ketika Krakatau memainkan komposisi yang sebelumnya didominasi permainan seruling sunda oleh Yoyon Dharsono, dalam empat warna, pascadilepasnya satu per satu bagian dari seruling itu.

Tampil hampir dua jam, setelah hujan reda, Krakatau menutup pementasan dengan komposisi ”Freedom of Percussion” setelah komposisi ”Spirit of Palmerah”.

Krakatau tidak hanya menampilkan harmonisasi komposisi yang dahsyat dan memukau, tetapi juga interaksi yang padu, dan aksi panggung yang menghibur. (YURNALDI)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/23/04012089/dahsyat.etnik.di.panggung.krakatau

No comments:

Post a Comment