Kepariwisataan - Pariwisata Belum Berorientasi Industri

Kamis, 29 Oktober 2009

BANDUNG, KOMPAS - Pengelolaan sektor pariwisata di Jawa Barat dinilai masih lemah karena belum dikerjakan dengan manajemen yang profesional layaknya sebuah industri. Bahkan, banyak pula obyek wisata yang dikelola aparatur daerah Jabar dengan kemampuan pas-pasan.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, dalam pemaparan rencana kerja daerah, Rabu (28/10), mengatakan, kondisi itu akan diubah dengan paradigma baru. "Obyek wisata seharusnya tidak sekadar menampilkan keindahan alam. Lokasi wisata harus dikembangkan dengan memerhatikan pelayanan kepada konsumen atau wisatawan layaknya di dunia komersial," katanya.

Paradigma industri dan komersial juga harus diterapkan untuk mengelola seni dan budaya lokal. Selama ini masih banyak kekayaan seni dan budaya Jabar, seperti tari-tarian dan upacara adat, yang dibiarkan tumbuh berkembang sendiri tanpa sentuhan profesional.

Ia juga mencontohkan Bali sebagai daerah yang mampu mengoptimalkan potensi wisatanya dan bahkan menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) terbesar. Kondisi itu berbeda dengan Jabar yang kontribusi PAD dari sektor pariwisata masih di bawah 5 persen. Untuk itu, pengembangan budaya lokal dan destinasi wisata dimasukkan dalam 10 program utama daerah pada tahun 2010.

Mulai 2010

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Herdiwan mengakui, pengembangan pariwisata dengan manajemen industri memang belum optimal di Jabar. "Upaya ke arah sana akan dimulai tahun 2010, antara lain dengan pembangunan gedung pertunjukan seni yang representatif di Bandung," katanya.

Gedung kesenian itu rencananya dibangun di kawasan Arcamanik, yakni berdekatan dengan Gelanggang Olahraga Arcamanik. Biaya awal pembangunan gedung pertunjukan itu sekitar Rp 50 miliar. Itu ditargetkan bisa setara dengan Taman Ismail Marzuki di Jakarta.

"Dengan adanya gedung kesenian yang representataif, pertunjukan seni dan budaya Jabar diharapkan lebih sering dilakukan. Hal itu juga akan diikuti dengan penataan yang lebih profesional, misalnya pengaturan tata panggung, pencahayaan, atau koreografi pertunjukan," ujarnya.

Pengamat budaya Halim HD mengingatkan pemerintah daerah jangan hanya mengejar keuntungan ekonomis dari pengembangan seni dan budaya. "Keberadaan gedung-gedung pertunjukan harus juga menjadi wahana pelestarian seni dan budaya, misalnya dengan penampilan dan pengajaran seni-seni tradisi," paparnya.

Halim menambahkan, dampak ekonomis dari kelestarian seni dan budaya akan terasa bagi daerah sekitar. Sebab, kelestarian seni dan budaya lokal akan menarik perhatian wisatawan. (REK)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/29/11183511/pariwisata.belum.berorientasi.industri

No comments:

Post a Comment