20 TAHUN TEMBOK BERLIN - Anekdot Era Komunis Tetap Hidup

Selasa, 3 November 2009

Moskwa, Senin - Runtuhnya komunisme seiring dengan dirobohkannya Tembok Berlin, 9 November 1989, tidak secara otomatis menghapuskan semua hal yang terkait dengan komunisme.

Humor-humor yang hidup semasa komunisme masih berjaya di Jerman Timur dan Uni Soviet ketika itu terus bertahan hingga saat ini. Bahkan, kerinduan akan humor-humor yang dulu dianggap subversif itu kini malahan mencuat kembali. Humor-humor itulah yang dulu menjadi pemersatu sekaligus penyemangat warga untuk tetap memperjuangkan runtuhnya komunisme di negeri mereka.

Humor-humor eks era komunisme itu kini menjadi pemersatu warga mulai dari Berlin hingga Moskwa. Mereka pun kini bisa menikmatinya sambil tertawa bebas.

Misalnya, ”Mengapa Uni Soviet memutuskan tidak mengirim manusia ke Bulan? Mereka takut orang-orang itu akan meminta suaka politik”.

Anekdot lain yang tak kalah lucu berhubungan dengan pemimpin terakhir Jerman Timur, Erich Honecker, yang memerintahkan seorang menterinya untuk merobohkan Tembok Berlin. Menteri yang digambarkan bodoh itu bertanya, mengapa? ”Saya tidak ingin sendirian,” jawab Honecker.

Humor-humor politik yang di Rusia disebut anekdoti itu tidak hanya berhubungan dengan para pemimpin politik saat itu, tetapi juga partai komunis yang sangat ditabukan pada masanya.

Salah satu anekdot, misalnya teka-teki ini. ”Apa yang memiliki 70 gigi dan empat kaki? Seekor buaya. Apa yang memiliki empat gigi dan 70 kaki? Komite Sentral Partai Komunis.”

Di Jerman Timur atau dulu disebut Republik Demokratik Jerman, anekdot-anekdot seperti itu disebut ”Witze”, yang kemudian lebih populer lagi dengan sebutan ”3-7 Witze”. Sebutan itu diambil dari hukuman penjara tiga tahun untuk mereka yang tertangkap mendengarkan humor subversif itu dan hukuman tujuh tahun untuk mereka yang menyebarkan humor tersebut.

Tidak hilang

Meski demikian, humor-humor sinis seperti itu tidak pernah hilang dari masyarakat. Bahkan, hukuman atas penyebarluasan anekdot politik ini juga dijadikan anekdot oleh sejumlah orang.

”Tahun ini mereka menyelenggarakan lagi Festival Humor-humor Politik. Hadiah pertama, 10 tahun liburan musim dingin di Siberia”.

Anekdot itu menyasar hukuman penjara di Siberia yang dikenal karena suhu dinginnya yang menyengat.

Dogma komunisme pun tidak luput jadi bahan banyolan. ”Kapitalisme adalah eksploitasi manusia oleh manusia. Komunisme adalah persis sebaliknya”.

Anekdot-anekdot lain juga merekam iklim ketakutan yang dialami rakyat di negara-negara blok komunis.

Salah satunya digambarkan dalam anekdot mengenai percakapan antara tiga teman di sebuah kamp pekerja Soviet.

”Saya terlambat bekerja lima menit dan didakwa dengan sabotase,” kata orang pertama.

”Saya lima menit lebih awal dan dihukum dengan dakwaan spionase,” kata orang kedua.

”Saya datang tepat waktu dan saya dituduh menyelundupkan jam tangan buatan Barat,” kata orang ketiga.

Bahkan, perang Soviet di Afganistan pada 1980-an pun tak luput jadi bahan ketawaan ketika orang-orang mempertanyakan, apa yang diperoleh Moskwa dari mengirimkan pasukan ke sana.

”Pasti ada sebuah strategi untuk menyebarluaskan surga komunis ke dunia. Uni Soviet memprosesnya secara abjad”.

Anekdot sinis berbau politik, nyatalah tak kenal takut dan hidup pada berbagai peristiwa.

Pada peringatan 65 tahun Revolusi Bolshevik (1917), yang diperingati meriah di Uni Soviet, banyak pembangkang membuat humor bahwa Uni Soviet akhirnya mencapai usia pensiun.

”Mana yang lebih baik, sebuah neraka komunis atau sebuah neraka kapitalis? Tentu saja jawabannya neraka komunis! Selalu terjadi kelangkaan korek api dan bahan bakar, pemanas selalu rusak, dan para iblis serta makhluk-makhluknya selalu sibuk dengan pertemuan-pertemuan partai,” demikian sebuah anekdot pada masa itu. (AFP/OKI)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/03/04010641/anekdot..era.komunis..tetap.hidup

No comments:

Post a Comment