Festival Film Animasi - Saat Animasi Masuk Desa

Kamis, 29 Oktober 2009

Sejumlah anak muda terdiam dan larut dalam imajinasi mereka masing-masing saat mendengarkan sebuah lagu. Lagu religi ciptaan Muslich yang bercerita tentang suka cita keluarga dalam merayakan Lebaran seperti menjadi inspirasi anak-anak muda itu.

Pandangan salah satu peserta workshop, Eliana (15), sempat menerawang ke langit-langit ruangan. Lantas ia dengan cepat menuangkan ke dalam tulisan singkat. Beberapa saat kemudian muncul sosok karakter perempuan berjilbab di atas kertasnya. Nantinya, karakter ciptaan mereka inilah yang dijadikan tokoh dalam film animasi.

Sepanjang Rabu (28/10), begitulah kesibukan peserta workshop yang digelar dalam rangkaian kegiatan Festival Film Animasi Indonesia 2009. Bertempat di sebuah ruangan milik Grabag TV, Kecamatan Grabag, Magelang, selama tiga hari, sejak Rabu (28/10) sampai Jumat (30/10), mereka berlatih melahirkan film animasi sederhana berdurasi empat menit. Proses dimulai dari penggalian ide. Lantas dengan teknik cut out, ide dituangkan dalam bentuk gambar yang disusun menjadi kolase dan direkam dengan still photo. Tahap berikutnya, peserta akan menggabungkan gambar dengan perangkat komputer untuk menghidupkan setiap karakter.

Eliana mengakui, pelatihan kali ini merupakan pengalaman pertamanya membuat animasi setelah sebelumnya hanya bisa menonton lewat televisi. Peserta lainnya, Mahrus (25), pun mengatakan ingin terus mengembangkan ilmu yang didapat selama pelatihan. Angkat budaya lokal

Memberikan pengalaman baru bagi peserta tersebut merupakan misi kecil Festival Film Animasi ini. Ada keinginan berbagi ilmu hingga jauh ke desa. Menurut Direktur FFAI 2009 Gotot Prakosa, animasi diperkenalkan sebagai edukasi membangun kreativitas di desa-desa. "Kita memiliki banyak cerita berbasis budaya seperti wayang atau relief candi yang bisa dijadikan ide," ujar Gotot.

Pelatihan animasi di sejumlah desa itu merupakan usaha untuk mengangkat cerita yang lebih dekat dengan kebudayaan lokal, seperti dari cerita dan sisi visual yang bermuatan lokal. Selama ini animasi di Indonesia lebih banyak berkiblat ke Jepang. Gotot mencontohkan teknik animasi yang diajarkan dalam workshop tersebut hampir seperti wayang kulit, yaitu berupa animasi bayangan dua dimensi.

Salah satu mentor dari Finlandia, Bernice, yang selalu memutari meja untuk melihat karya peserta mengatakan, kesabaran menjadi kunci penting dalam membuat animasi. (Raditya Mahendra Yasa)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/29/14435363/saat.animasi.masuk.desa

No comments:

Post a Comment