Menjaga Taman Nasional di Beranda Negara

Kamis, 17 September 2009

Jantung amat penting bagi manusia. Untuk itu, dalam perspektif lingkungan, ”jantung ekosistem” pun vital bagi keberlangsungan suatu kawasan sehingga patut dijaga.

Indonesia, Malaysia, dan Brunei punya Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) berupa hutan tropis di daratan tinggi tengah pulau di pedalaman sekaligus kawasan perbatasan antardaerah dan antarnegara.

Jantung Kalimantan ialah komitmen menjaga 22 juta hektar hutan tropis yang dideklarasikan ketiga negara pada Februari 2007. Indonesia menjaga 12,6 juta hektar dengan 6,1 juta hektar di Kalimantan Timur, 4,1 juta hektar di Kalimantan Barat, dan 2,4 juta hektar di Kalimantan Tengah.

Taman Nasional (TN) Kayan Mentarang di Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan, Kaltim, ialah salah satu Jantung Kalimantan. Kawasannya membentang dari timur laut ke barat laut pada Pegunungan Belayan-Kaba yang memisahkan Kaltim dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia Timur.

Kayan Mentarang pada 1980 ialah cagar alam seluas 1,6 juta hektar sesuai penunjukan Menteri Pertanian. Namun, pada 1996, Menteri Kehutanan mengubah statusnya menjadi taman nasional dengan keliling 1.058 kilometer, termasuk 448 kilometer batas antarnegara.

Di sana tempat mata air sungai-sungai utama di Kaltim bagian utara seperti Kayan, Sesayap, dan Sembakung. Di dalam dan dekat kawasan bermukim sekitar 25.000 jiwa orang keturunan (Dayak) Kenyah, Kayan, Punan, dan Lun Daye. Mereka mampu hidup selaras dengan alam berbekal pengetahuan arif sejak bermukim 350 tahun lalu.



KOMPAS/AMBROSIUS HARTO
Warga Desa Long Berini, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, menunggu rombongan yang akan diantar ke desa tersebut, pertengahan Mei. Mayoritas warga hidup dari berladang dan memanfaatkan hasil hutan, seperti rotan dan gaharu, turun-temurun dari hutan taman nasional. Mereka termasuk dalam sekitar 21.000 warga yang hidup di taman nasional.


Kearifan

Kalangan warga Kecamatan Bahau Hulu, Malinau, punya hukum adat dan pengetahuan tradisional yang mampu membuat keberagaman hayati TN Kayan Mentarang lestari. Enam desa, yakni Long Uli, Long Tebulo, Long Alango, Long Kemuat, Long Berini, dan Apau Ping punya hutan adat atau tanah ulen.

”Hasil hutan diambil terbatas cuma untuk acara dan sarana desa, bah,” kata Camat Bahau Hulu Unya Bawan di Long Alango, Kamis (20/5).

Warga berburu binatang dan mengambil tumbuhan, lanjut Unya Bawan, untuk makanan acara desa. Beberapa batang pohon boleh ditebang guna membangun fasilitas umum. ”Kebutuhan sehari-hari cukup dari ladang dan membeli, bah,” katanya.

Ruben, warga Long Alango, mengatakan, kawasan Lalut Birai yang menjadi stasiun penelitian hutan tropis termasuk dalam tanah ulen desa. ”Selain warga kami, yang ambil hasil hutan itu kena denda adat, bah,” katanya.

Staf WWF Indonesia, Malinau Arman Anang, mengatakan, Lalut Birai dibangun pada 1994. ”Karena kebaikan warga, kami dibolehkan membangun stasiun Lalut Birai yang kini dikelola swadaya oleh warga,” katanya.

Kearifan lainnya, warga Apau Ping di paling hulu Sungai Bahau, rutin membakar padang ilalang Long Tua guna menumbuhkan ilalang muda sebagai pakan banteng (Bos javanicus lowi).

Saluq Lawing, warga Long Berini, mengatakan, sebagai keturunan orang Kenyah, mereka dilarang berburu binatang secara berlebihan untuk dikonsumsi, seperti babi dan ikan.

Kekayaan

Kalimantan seluas 746.405 kilometer persegi (km) ialah pulau terbesar ketiga di dunia menurut The Ecology of Kalimantan, 1996. Terbesar ialah Greenland (2.175.600 km), Denmark. Urutan kedua ialah New Guinea, termasuk Papua dan Papua Barat di Indonesia (808.510 km).

Kayan Mentarang mengandung lebih dari separuh kekayaan hayati Borneo yang ditaksir memiliki 15.000 jenis tumbuhan. Yang 6.000 jenis di antaranya tidak ditemukan di tempat lain (endemik).

Di sana terdapat 150 jenis mamalia (18 jenis endemik) atau separuh lebih dari 228 mamalia, 310 jenis burung (28 endemik yang terancam punah) atau mendekati 361 spesies burung dan 30 jenis binatang amfibi Kalimantan.

Sejumlah mamalia atau satwa menyusui termasuk langka dan terancam punah antara lain macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), dan lutung dahi putih (Presbytis frontata frontata). Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) diyakini pernah hidup, tetapi punah akibat perburuan pada 1950. Namun, keberadaan satwa itu terus dilaporkan hingga kini oleh warga yang mengaku melihat fisik atau jejak badak.

”Kekayaan hayati yang tinggi itu harus dilestarikan sehingga taman nasional akan dikelola secara kolaboratif bersama rakyat,” kata Pelaksana Tugas Kepala Balai TN Kayan Mentarang Boedi Isnaini. (BRO)

Artikel dari:
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/17/02595277/menjaga.taman.nasional.di.beranda.negara

No comments:

Post a Comment