52 Rumah Joglo Kotagede Terjual - Penjual Belum Tentu Golongan Ekonomi Lemah

Jumat, 18 September 2009 | 15:45 WIB

Yogyakarta, Kompas - Belum ada tindakan riil pemerintah daerah terhadap penjualan dan pemindahan rumah Jawa joglo dari kawasan Kotagede. Idealnya, pemerintah daerah mau berinisiatif membeli, ketimbang benda cagar budaya ini pindah ke luar Yogyakarta.

Hal itu dikatakan M Natsier, Ketua Yayasan Kantil" lembaga pelestarian dan pengembangan seni budaya di Yogyakarta, Rabu (16/9). "Sepanjang pemerintah tak berinisiatif membeli, satu demi satu joglo akan dipindah ke luar Yogyakarta," katanya.

Awal September, sebuah pendapa beratap joglo di Kampung Trunojayan dijual. Untung saja, pendapa tersebut dibeli warga Kotagede yang rumahnya hanya sekitar 100 meter dari lokasi awal.

"Joglo berukuran 8 meter x 8 meter itu dijual Rp 100 juta. Sepintas cukup tinggi harganya. Namun, jika dikalkulasi dengan kualitas kayu jati tua kelas satu, nilai uang joglo itu minimal Rp 300 juta. Tapi, dengan kenyataan bahwa joglo itu dibangun tahun 1850-an,nilai sejarahnyalah yang lebih utama," papar Natsier.

Yang mengherankan, menurut Natsier, pemilik bukan termasuk golongan ekonomi lemah. Penjual tersebut malah orang kaya yang ingin membangun rumah. Joglo itu dianggap mengganggu. "Itu artinya penjualan joglo tak semata karena butuh uang," katanya.

Sejak 1985 "saat maraknya orang membeli rumah kuno" hingga saat ini sudah 52 rumah joglo terjual. Sekarang di Kotagede hanya tersisa sekitar 150 rumah Jawa joglo dan 200 pendapa Jawa dan rumah Jawa beratap limasan. Bangunan-bangunan ini didirikan 1775-1935.

Sebelum kasus di Trunojayan ini, kasus sebelumnya terjadi bulan Juni. Sebuah pendapa dan dua rumah joglo di Jalan Mondorakan, jalan utama di Kotagede, dijual dan diangkut ke kawasan Puncak, Bogor, untuk keperluan perhotelan. Pemilik yang butuh uang menjual hanya Rp 380 juta. Padahal, nilai kayunya sendiri, diperkirakan Natsier, lebih dari Rp 1 miliar.

Cagar budaya

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata, Seni dan Kebudayaan Kota Yogyakarta M Sudibyo menuturkan, mengenai urusan membeli jogloyang merupakan benda cagar budaya ini, pemerintah daerah jelas tidak kuat. "Mau bagaimana lagi. Ini memang dilematis. Tapi, dengan harga joglo yang ratusan juta rupiah, Pemkot Yogyakarta, Pemkab Bantul, dan Pemprov DIY pun merasa berat,"ujar Sudibyo.

Kepala Dinas Pariwisata DIY Tazbir berpendapat senada. "Pemprov DIY kalau memiliki dana untuk membeli lebih baik, ketimbang joglopindah ke luar Yogyakarta. Kami bisa memanfaatkan joglo-joglo itu untuk kepentingan pariwisata," kata Tazbir. (PRA)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/18/15451594/52.rumah.joglo.kotagede.terjual

No comments:

Post a Comment